MAKALAH
“Permasalahan
Pelayanan Kereta Api Di Indonesia”
Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Teknik Komunikasi
Disusun
Oleh :
Kelompok 2 Teknik Komunikasi
1.Budi
Saputro 21040112130061
2.
Anggi Aran Putra 21040112130029
3.
M. Raditya Rizal 21040112140031
4.
Naufal Rabbani P 21040112130095
5.
Annisa Amellia 21040112130075
6. Bunga Kasih A 21040112140113
7.
Fadhila Azhar
21040112120001
8.
Faizza Nur Anjayana 21040112140037
9. Lintang Rahmayana 21040112140127
10.
Sera Istiana 21040112130077
Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro
Semarang
2013
Daftar Isi
Daftar Isi
.................................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2
1.2 Tujuan
2
1.3 Rumusan Masalah
2
1.4 Sistematika Penulisan
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kereta Api di Indonesia
4
2.2 Pelayanan Kereta Api di Indonesia
7
2.3 Pelayanan Eksternal Kereta
Api
8
2.4 Pelayanan Internal Kereta
Api
10
2.5.Solusi Permasalahan Kereta
Api di Indonesia
11
BAB III KESIMPULAN
Kesimpulan
13
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini
mobilitas penduduk untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain
menjadi faktor yang sangat penting. Sebagai negara yang dapat mengikuti
perkembangan globalisasi sudah seharusnya fasilitas untuk mendukung mobilitas
tersebut dapat terpenuhi dengan baik. Fasilitas tersebut ialah berupa
transportasi umum. Perkembangan zaman yang pesat membuat permasalahan
transportasi makin kompleks seperti macet, lahan parkir yang kurang, dll. Di
sini lah peran pemerintah dalam mencari solusi dari permasalahn tersebut dengan
cara menyediakan transportasi masa yang memenuhi standar kelayakan, keamanan,
dan kenyamanan.
PT KAI adalah perusahan satu-satunya
milik pemerintah yang menyediakan jasa transportasi kereta api. Sebagai
penyedia jasa perkeretaapian Indonesia sudah seharusnya PT KAI menyediakan
fasilitas-fasilitas untuk mendukung kenyamanan dan keamanan para pengguna
jasanya. Melihat dari realita yang ada saat inihal-hal tersebut belum dapat
terealisasi. Masih banyak fasilitas-fasilitas penunjang yang belum ada, ada
pula fasilitas yang sudah ada tetapi tidak dilakukan perawatan sehingga saai
ini sudah tidak layak guna. Sistem pembelian tiket, keamanan, kenyamanan kendaraan,
kebersihan kereta dan stasiun masih harus diperbaiki tiap tahunnya. Namun
pemerintah seolah tidak berkaca dari pengalaman yang sudah-sudah sehingga
masalah seperti itu terus terjadi tiap tahunnya.
Latar belakang penulisan makalah ini
adalah untuk menganalisa isu-isu permasalahan kereta api di Indonesia khususnya
masalah pelayanan baik pelayanan di stasiun itu sendiri dan di dalam kreta
apinya. Selain itu makala ini juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik
Informasi yang nantinya sebagai rujukan untuk pembuatan poster dan film dalam
tugas Teknik Informasi selanjutnya.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui pelayanan yang diberikan oleh PT KAI sebagai pihak yang menaungi
perkeretaapian di Indonesia sudah memenuhi standar kelayakan atau belum.
1.3 Rumusan masalah
1.
Bagaimana keadaan
perkeretaapian di Indonesia ?
2.
Apa saja bentuk pelayanan
kereta api ?
3.
Apakah pelayanan kereta
api di Indonesia sudah memenuhi standar kelayakan ?
4.
Apakah solisi yang dapat
diberikan dari masalah pelayanan Kereta Api di Indonesia ?
1.4 Sistematika
penulisan
Penulisan
makalah disusun per Bab – bab yang
terdiri atas :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi
latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Terdiri
dari keadaan kereta api di indonesia, pelayanan kereta api di Indonesia,
pelayanan eksternal kereta, pelayanan Internal
kereta dan solusi permasalahan kereta api di Indonesia.
BAB IV KESIMPULAN
Berisi
kesimpulan dan saran untuk keperluan penerapan maupun pengembangan selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kereta Api di
Indonesia
Kereta
api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik
berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan
ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi masal
yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang
berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif
luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena
sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha
memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat
baik di dalam kota, antarkota, maupun antarnegara. Kereta Api juga merupakan
kendaraan yang cukup banyak diminati oleh masyarakat umum selain karena dapat
mengangkut penumpang dalam skala besar, kereta api juga terjangkau dari segi
harga tiket dan praktis sehingga banyak masyarakat yang menggunakan alat
transportasi ini.
.
A.
Sejarah Kereta Api Indonesia
Sejarah
perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan
jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan
diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh
Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur
1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus
1867. Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Samarang-Tanggung,
yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang -
Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA
di daerah lainnya.
Tidak
mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh
dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun
1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi
3.338 km. Setelah itu Indonesia memasuki pendudukan Jepang, kereta api
mengalami perkembangan pesat. Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di
Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang
menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar
semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di
sana.
Jenis
jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di
Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang
dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 km, sedangkan
jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah -
Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang
seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama
15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha.
Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya
ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro -
Pekanbaru.Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus
1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api"
(AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa
bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan
sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai
tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa
Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan
perkeretaapian di Indonesia.
Inilah
yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di
Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia"
(DKARI). Lalu Perusahaan Jawatan Kereta
Api (PJKA) menerima lokomotif baru kelas CC201 dari General Electric Amerika
Serikat. CC201 merupakan keluarga lokomotif diesel tersukses di Indonesia
dengan jumlah lebih dari 140 unit. Seiring perkembangan waktu, kereta api
menjadi pesat hingga pada tahun 1981 industri Kereta Api (INKA) pabrik kereta
api Indonesia didirikan di Madiun. Unit kereta api terus ditambah hingga PJKA
membeli lokomotif CC202 yang merupakan lokomotif terkuat di Indonesia dari General Motor Diesel Division, Ontario
Canada. Lokomotif ini digunakan di Sumatera Selatan untuk menarik kereta
batubara rangkaian panjang (babaranjang) dari Muara Enim. Selama
bertahun-tahun, industri kereta api telah berkembang pesat. Pada tahun 1999
atau tepatnya 1 Juni 1999 pemerintah melalui BUMN mendirikan PT Kereta Api ( PT
KA) resmi dibentuk menggantikan Perumka sebagai perusahaan industri dan
pengelolaan perkeretaapian Indonesia.
B.
Kondisi Kereta Api Indonesia
Kereta
api merupakan salah satu transportasi massal , tujuan adanya kereta api adalah
untuk memperlancar perpindahan orang atau barang secara massal. Dengan
demikian, fungsi perkeretaapian untuk
pelayanan umum kepada masyarakat. Akan tetapi masih banyak permasalahan ataupun
tantangan yang masih dihadapi perkeretaapaian. Keseimbangan dalam kepentingan
umum, berarti pelayanan tidak hanya memperhatikan kepentingan komersial,
ataupun hanya melayani sebagian golongan masyarakat tertentu saja, tetapi juga
bagi pelayanan umum dan semua golongan masyarakat. Ada 4 pilar utama
perkretaapian yaitu : keselamatan,
ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan.
Ada beberapa
produk-nya :
1. Kereta Api (KA)
Penumpang, yang terbagi menjadi 3 kelas ( Eksekutif, Bisnis dan Ekonomi).
2. Kereta Wisata,
untuk menunjang kepariwisataan, PT. Kereta Api (Persero) memberikan pelayanan
carter kereta khusus wisata juga berbagai keperluan seperti : rapat, pesta
pernikahan, ulang tahun, dsb di atas Kereta Api menuju berbagai kota tujuan.
3. Kereta Barang,
Kereta api khusus yang disesuaikan dengan spesifikasi produk, yang mana PT.
Kereta Api (Persero) memiliki gerbong yang digunakan untuk batu bara, pulp,
Crude Pal oil, BBM, Peti Kemas, Parcel BHP, Over Night Service, Semen.
4. Pengusahaan Aset
, Disamping Angkutan Penumpang dan Angkutan Barang, PT. Kereta Api (Persero)
juga memberdayakan aset non produksi untuk dikomersialkan ke pihak eksternal. Beberapa
produk persewaan aset non produksi.
Di
Jawa terdapat tiga lintas pelayanan utama, yaitu: Jakarta-Bandung,
Jakarta-Semarang-Surabaya (disebut lintas utara), dan
Jakarta-Yogyakarta-Surabaya (disebut lintas selatan). Sementara di Sumatera
terdapat tiga sub-jaringan KA yang terpisah satu sama lain yakni: sub-jaringan
Sumatera bagian Utara, sub-jaringan Sumatera bagian Barat, dan sub-jaringan
Sumatera bagian Selatan.
Kondisi
Kereta Api Indonesia ini mengalami suatu siklus penurunan. Walaupun beberapa lokomotif
kereta sudah dikatakan modern, tapi sistem manajerisasi kereta api masih sangat
buruk. Ini terlihat dari pengelolaan kereta api yang tidak maksimal. Ada banyak
lokomotiv yang tidak terawat, gerbong kereta yang begitu kotor dan tidak layak
pakai, hingga kondisi rel yang memprihatinkan. Pelayanan publik juga masih
kurang professional, ini terlihat dari ketidakmampuan PT. KAI mengatasi
pembludakan penumpang yang terjadi setiap harinya. PT. KAI belum mampu menjadi
fasilisator bagi masyarakat dalam transportasi umum. Seharusnya PT. KAI harus
menemukan solusi terhadap pembludakan itu yang bisa berakibat kecelakaan atau
kematian, jika muatan kereta api yang melebihi batas normal hingga banyaknya
penumpang yang naik di atap Kereta Api. Bagaimanapun perkeretaapian di
Indonesia masih harus dikembangkan di masa-masa mendatang, baik untuk angkutan
jarak jauh maupun di tingkat lokal. Namun demikian yang menjadi permasalahan
yang cukup mengganggu perkeretaapian saat ini adalah tingginya tingkat
kecelakaan.
Cukup
tingginya korban jiwa dan kerugian sosial ekonomi akibat kecelakaan KA telah
menyebabkan citra pelayanan dan manajemen perkeretaapian menurun. Kinerja
keselamatan semakin menjadi tuntutan dan perhatian sehingga perlu segera
ditingkatkan. Penyebab tingginya kecelakaan kereta api merupakan akumulasi dari
banyak faktor, diantaranya masalah regulasi, manajemen, kondisi prasarana &
sarana. Sarana kereta api meliputi lokomotif, kereta, gerbong, KRL, dan KRD.
Prasarana jalan rel yang ada saat ini pada umumnya masih jalur tunggal. Jalur
ganda baru tersedia di jalur Jakarta-Cikampek, Jakarta-Bogor,
Padalarang-Bandung, dan Surabaya kota-Wonokromo. Jalur rel yang ada memiliki
beban gandar antara 9 s.d. 18 ton yang mampu mendukung kecepatan kereta api
antara 60-110 km/jam. Panjang rel di Jawa yang masih dioperasikan sepanjang
3.216 km dan di Sumatera sepanjang 1.348 km. Sebagian dari jalur tersebut
kondisinya sudah kurang layak operasi sehingga sangat rawan terhadap
kecelakaan. Dalam rangka menekan angka kecelakaan kereta api, masalah faktor
keselamatan KA pada prioritas tertinggi, dengan menetapkan peningkatan
keselamatan ada empat strategi sebagai berikut:
1. Mengurangi
frekuensi kecelakaan KA dengan mempertahankan kualitas prasarana dan sarana,
serta kualitas SDM terkait.
2. Penertiban
penumpang di atas atap KA melalui law enforcement dan sterilisasi stasiun.
3. Penerapan No Go
Item secara tegas.
4. Sosialisasi
budaya keselamatan.
Apabila
strategi untuk menekan tingkat kecelakaan hanya bersifat normatif sebagaimana
telah dilakukan sebelumnya yang tidak mencerminkan sense of crisis, maka
upaya-upaya untuk menekan tingkat kecelakaan tidak akan efektif.
2.2 Pelayanan
Kereta Api di Indonesia
Pelayanan adalah hal yang sangat menentukan kenyamanan
masyarakat yang akan memepengaruhi minat masyarakat untuk memilih alat
transportasi umum yang akan digunakan. Apabila pelayan yang diberikan buruk
maka akan memperkecil minat masyarakat untuk menggunakan alat transportasi
tersebut. sementara jika pelayanan yang diberikan bagus, maka akan meningkatkan
minat masyrakat.
Khususnya pada bidang perkeratapian di Indonesia,
pelayanan yang diberikan banyak berhubungan dengan dua aspek, yakni pelayanan
intra(dalam) dan pelayanan ekstra(luar) kereta. Walaupun berbeda, namun kedua hal ini saling terkait dalam
peningkatan kenyamanan untuk pengguna kereta api. Jika hanya salah satu dari aspek ini yang
terlihat baik, maka sudah dapat dipastikan tingkat kenyamanan dan kepuasan
pengguna jasa kereta api di Indonesia tetap akan rendah.
Setiap periodenya, pengelola jasa layanan kereta api di
Indonesia terus berbenah dan meningkatkan pelayanannya. Salah satu cara yang
telah dilakukan oleh PT. KAI adalah dengan menyediakan jasa pemesanan tiket
menggunakan sistem online. Cara ini digunakan agar masyrakat tidak perlu lagi
menghabiskan waktu untuk mengantri berjam-jam hanya untuk mendapatkan tiket.
Selain itu bentuk pembenahan lain yang dilakukan oleh PT. KAI adalah dengan
membuka kelas baru, yaitu kelas ekonomi AC. Kelas ini memng salah satu
terobosan yang sangat ampuh untuk meningkatkan minat masayarakat untuk
menggunakan jasa PT. KAI.
Walaupun begitu masih banyak hal yang menurut masyarakat
harus diperbaiki. Mulai dari sistem pelayanan tiket. Walaupun sudah menggunakan
sistem pelayanan online, namun masyarakat masih merasa kurang puas. Karena
memang masih minimnya jumlah tiket yang diberikan kepada masyarakat. Ini dapat
dilihat dari fakta di lapangan. Masih banyak penumpang yang terlantar karena
masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sistem online ini.
Jika pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI telah dapat
melayani masyarakat hingga memberikan kepuasan sesuai dengan apa yang
diharapkan, disaat itulah pelayanan yang diberikan bisa dikatakan memuaskan.
2.3 Pelayanan
Eksternal Kereta Api
Salah
satu fasilitas yang disediakan berkaitan dengan perkereta apian adalah stasiun
kereta untuk tempat naik dan turunnya penumpang. Menurut UU No. 23
Perkeretaapian stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani :
1. Naik turun
penumpang
2. Bongkar muat
barang; dan / atau
3. Keperluan operasi
kereta api
Pasal
133 Ayat (1) UU No. 23/2007 menyebutkan dalam penyelenggaraan pengangkutan
orang dengan kereta api, penyelenggara sarana perkeretaapian wajib mengutamakan
keselamatan dan keamanan orang, pelayanan kepentingan umum, sampai mematuhi
jadwal keberangkatan kereta api. Dalam Pasal 137 UU yang sama menyebutkan
pelayanan angkutan orang dengan kereta api harus memenuhi standar pelayanan
minimum mulai dari pelayanan di stasiun keberangkatan, dalam perjalanan, hingga
sampai di stasiun tujuan. Namun dalam implementasinya, masih banyak keluhan
dari konsumen mengenai SPM KRL. (Yudi,2012).
Untuk
situasi perkeretaapian di Indonesia yang baru-baru ini mengalami kemunduran,
pelayananan dan sarana prasarana pun turut menurun kualitasnya. Mulai dari
pelayanan jual beli tiket, keamanan, kenyamanan, ketertiban dan sikap dari
petugas stasiun. Menurunnya pelayanan di stasiun dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain kurangnya kedisiplinan baik petugas maupun penumpang, faktor
alam atau bencana, dan perilaku perorangan yang ada di stasiun tersebut.
Keamanan yang harus diperhatikan di dalam stasiun meliputi keamanan terhadap
kriminalitas yang mengancam harta benda. Hal ini mengingat bahwa di dalam
keramaian penumpang di dalam stasiun terdapat para pencuri ulung yang mengancam
harta benda penumpang. Selain faktor kriminalitas, bentuk dan luas peron turut
menjadi faktor penyumbang turunnya tingkat keamanan di stasiun. Luas peron yang
kurang memadai menyebabkan penumpang dan pedagang asongan berdesakan saat
menunggu datangnya kereta.
“Semarang,
Sabtu (23/2/2013). Berdasarkan pantauan, banjir akibat hujan deras yang
mengguyur Kota Semarang sejak Jumat (22/2/2013) malam, telah menggenangi
Stasiun Tawang dengan ketinggian sekitar 40 sentimeter, termasuk di ruang
tunggu penumpang. Bahkan, kursi di ruang tunggu Stasiun Tawang Semarang juga
tergenang, meski beberapa penumpang tetap terlihat nekat menerobos genangan
banjir menunggu di perlintasan KA stasiun yang sudah ditinggikan.
(TribunJogja.com)”
Contoh
berita diatas adalah menurunnya pelayanan akibat dari faktor alam. Hal ini
menyebabkan aktivitas dan kenyamanan penumpang menjadi terganggu serta
mengakibatkan menurunnya kepuasan pelanggan atas situasi yang ada. Tidak hanya
masalah bencana yang menyebabkan pelayanan perkeretaapian menjadi terpuruk.
Berikut adalah ungkapan dari seseorang yang merasa kurang puas dengan pelayanan
kereta di salah satu stasiun di Indonesia.
“Rabu,
2 Januari 2013, saya melakukan cancel tiket kereta Rajawali PP tujuan Semarang-Surabaya
melalui CS di Stasiun Gubeng. Namun sayangnya pelayanannya sungguh tidak ramah.
Petugas yang melayani saya pada waktu itu berkawat gigi dan masih berumur
sekitar 20 tahunan. Sebagai front liner, petugas dimaksud sungguh tidak ramah.
Beberapa pertanyaan yang saya lontarkan terkait mekanisme pengembalian tiket,
dijawab dengan ketus dan wajah tidak bersahabat.
Yang membuat kesalnya lagi, ketika saya hitung ulang uang retur yang diberikan, jumlahnya ada yang kurang. Saat saya minta konfirmasi, justru si petugas malah menutup tirai dengan wajah judes.” (Winona Almira, tribunnews.com, 2013)
Yang membuat kesalnya lagi, ketika saya hitung ulang uang retur yang diberikan, jumlahnya ada yang kurang. Saat saya minta konfirmasi, justru si petugas malah menutup tirai dengan wajah judes.” (Winona Almira, tribunnews.com, 2013)
Dari
pernyataan salah satu penumpang kereta api di atas menunjukan bahwa pelayanan
perkeretaapian di Indonesia memang belum memuaskan. Sebagai petugas stasiun,
bukankah seharusnya dapat memberikan pelayanan yang baik dan ramah. Karena
dengan adanya pelayanan yang menyenangkan, ramah dan jelas maka dengan
sendirinya akan meningkatkan kepuasan pelanggan atas kinerja petugas di
stasiun. Apabila pelanggan telah beranggapan bahwa pelayanan di suatu stasiun
tertentu maka, akan banyak pelanggan lainnya yang tetap menggunakan kereta api
sebagai alat transportasi mereka. Maka perkeretaapian tidak akan kehilangan
pamornya. Pada intinya, untuk
mengembalikaan keadaan perkeretaapian di Indonesia yang mulai terpuruk,
Perusahaan PT KAI hendaknya memperbaiki segala fasilitas yang menunjang
perkeretapian baik fasilitas dalam gerbong kereta maupun fasilitas luar seperti
stasiun, tiketing dan kinerja petugas.
2.4 Pelayanan
Internal Kereta Api
Pencerminan baik buruknya kualitas pelayanan
dapat di lihat dari fasilitas di dalam kereta. Meskipun kereta memiliki kelasnya
masing-masing (ekonomi, bisnis, eksekutif) namun ketiga kelas tersebut haruslah
sama-sama memenuhi standar kenyamanan dan kepuasan dari penumpang. Terutama keretaapi
yang memiliki jarak tempuh jauh. Kenyamanannya harus lebih diperhatikan dibandingkan
dengan kereta api yang berjarak tempuh dekat. Berikut berapa hal yang perlu diperhatikan
untuk memperbaiki kualitas pelayan kereta api:
1. Bantal dan Selimut
Fasilitas seperti selimut dan bantal seharusnya merupakan
fasilitas yang secara free diberikan dari
pihak kereta api untuk para penumpang. Sebab untuk penumpang yang harus melakukan
perjalanan jauh fasilitas seperti ini sangat dibutuhkan. Namun kenyataannya untuk beberapa kelas kereta seperti
kelas Ekonomi (AC dan non-AC) dan bisnis masih menerapkan sistem sewa untuk bantal
dan selimutnya. Hanya kereta dengan kelas Eksekutif yang mendapatkan fasilitas bantal
dan selimut secara free.
2. Makanan
Beberapa tahun yang lalu Kereta Api kelas eksekutif masih
menyediakan fasilitas makan bagi para penumpangnya. Kini fasilitas tersebut sudah
tidak berlaku lagi. Para penumpang yang ingin makan mau tidak mau harus membeli
makanan di tempat restorasi yang harganya cukup mahal. Sangat disayangkan mengingat
tarif dari kereta eksekutif itu sendiri tidak mengalami penurunan (bahkan cenderung
naik) tetapi fasilitasnya mengalami penurunan.
3. Toilet
Jika dibanding kereta api level eksekutif, toilet kereta api
level bisnis dan ekonomi memang cukup miris. Selain karena kebersihannya yang
kurang terjaga terkadang toilet tersebut dijadikan tempat istirahat bagi
orang-orang yang tidak kebagian tempat duduk. Sehingga terkadang sulit jika ada
penumpang lain yang ingin menggunakan toilet tersebut.
4. PedagangAsongan
Jika menaiki kereta Ekonomi, di sepanjang perjalanan akan
terdengar suara banyak pedagang asongan yang lalu lalang menjajakan barang dagangan
mereka. Hingga malam pun suara para pedagang asongan yang sedang berjualan tersebut
masih dapat terdengar hingga mengganggu penumpang yang sedang beristirahat.
Banyaknya pedagang asongan yang masuk ke gerbong kereta tersebut karena mudahnya
akses mereka untuk masuk kedalam gerbong.Berbeda dengan kereta api kelas Ekonomi,
pada kereta api kelas bisnis pedagang asongan hanya boleh lalu lalangdan
“beriklan” pada saat kereta api berhenti saja. Sedangkan pada kelas Eksekutif,
pedagang asongan hanya boleh “beriklan” tanpa lalu lalang dan hanya dipersilahkan
saat kereta berhenti. Seharusnya sistem
yang diterapkan dikereta api kelas eksekutif itu juga diberlakukan pada kereta api
kelas ekonomi dan bisnis
2.5 Solusi
Permasalahan Kereta Api di Indonesia
Mengangkat masalah masalah yang
tersebut diatas merupakan hal yang berasal dari masalah sepele sampai ke
masalah yang memerlukan penanganan yang lebih lanjut. Masalah yang dituntaskan
secara bertahap dengan prioritaskan yang mendesak. Solusi yang mungkin segera
di lakukan adalah, peremajaan umur kereta api dengan penanganan teknisi yang
mendetail ke seluruh kereta api, mulai dari badan kereta, mesin, sampai
fasilitas penunjang di dalam kereta api tersebut. Sistem rute jalur yang
digunakan menjadi factor penting dalam perbaikan. Dengan keadaan rel yang masih
kokoh dan berumur panjang, akan mengurangi ancaman kecelakaan. Di lain hal
diatas, perbanyakan armada kereta api dengan rute yang sama akan memudahkan
dalam pengendalian sistem keberangkatan dan kedatangan tanpa harus menunggu
lama. Stasiun yang kurang layak guna juga dapat menjadi masalah yang penting.
Di sisi lain masalah alam yang bisa saja datang secara tiba-tiba walaupun sudah
diprediksi juga menjadi masalah yang sulit untuk ditangani, hanya saja dapat
diantisipasinya.
Pemerintah dengan penganggaran yang
lebih, diutamakan untuk perbaikan sarana dan prasarana kereta api karena kereta
api dapat menjadi salah satu alternative
solusi kemacetan di kota-kota besar. Dengan perhatian yang lebih ke kereta api,
akan memunculkan surplus untuk pemerintah, jika banyak orang-orang yang lebih
memilih menggunakan kereta api untuk mobilitas.Parahnya lagi jika memasuki
suasana lebaran yang penumpangnya lebih banyak memilih menggunakan kereta
harusnya kenyamanannya lebih ditingkatkan.
Permasalahan yang menjadi orang-orang
enggan atau kurang minat menggunakan jasa kereta api adalah fasilitas pendukung
dalam kereta api. Mereka menganggap kalau fasilitas yang mereka dapatkan kurang
dapat membuat nyaman selama perjalanan. Penyedia fasilitas dengan harusnya
lebih menjaga agar tetap baik dan membuat nyaman. Kebersihan merupakan salah
satu alasan ketidaknyamanan dalam kereta. Beda kelas, beda pula perlakuan
fasilitas kebersihannya, seharusnya walaupun beda tetap memenuhi standar yang
ada. Sebagai contoh ada kereta yang benyak sampah yang berceceran tanpa ada
yang membersihkan. Ketertiban dalam kereta api juga seharusnya dijaga, tidak
hanya penjaga kereta, penumpangpun juga begitu. Pedagan asongan bila perlu
dilarang masuk kalau sampai mejadi pengganggu ketertiban di dalam kereta.
BAB III
KESIMPULAN
Pelayanan
kereta api indonesia masih belum bisa dikatakan baik. Masih banyak hal yang
perlu di benahi oleh PT. KAI sebagai pengelola Kereta Api Indonesia. Meskipun kereta memiliki kelasnya
masing-masing (ekonomi, bisnis, eksekutif) namun ketiga kelas tersebut haruslah
sama-sama memenuhi standar kenyamanan dan kepuasan dari penumpang. Terutama pada kereta api yang memiliki jarak tempuh jauh, kenyamanannya
harus lebih diperhatikan dibandingkan dengan kereta api yang berjarak tempuh
dekat. Pada intinya, untuk mengembalikaan keadaan perkeretaapian di Indonesia
yang mulai terpuruk, Perusahaan PT KAI hendaknya memperbaiki segala fasilitas
yang menunjang perkeretapian baik fasilitas dalam gerbong kereta maupun
fasilitas luar seperti stasiun, tiketing dan kinerja petugas.
Daftar Pustaka
Almira,
Winona.2013. “Retur Tiket KA Stasiun Gubeg Mengecewakan” dalam tribuna news. http://surabaya.tribunnews.com/m/index.php/2013/01/19/retur-tiket-ka-di-stasiun-gubeng
mengecewakan. Diunduh Kamis, 28 Maret 2013.
Anonim.2012.
“perkeretaapian” dalam blogspot.
http://perkeretaapian.dephub.go.id/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=53&Itemid=77 (link download pdf). Diunduh pada 29 Maret
2013.
Anonim. 2012.
Pelayanan Masih Buruk KAI Belum Layak Naikan Tarif dalam beritasatu.com.
http://www.beritasatu.com/megapolitan/57988-pelayanan-masih-buruk-kai-belum-layak-naikan-tarif.html.
diunduh pada 29 Maret 2013.
Anonim. 2013.
Kualitas Pelayanan Publik Kereta Api dalam “blogspot.com.”
http://radityowisnu.blogspot.com/2011/09/kualitas-pelayanan-publik-kereta-api.html.
diunduh pada 30 Maret 2013.
Anonim. 2013.
Layanan Buruk PT. KAI Disomasi dalam “Gatra.com.”
http://m.gatra.com/hukum/21398-layanan-buruk,-pt-kai-disomasi.html. Diunduh
pada 29 Maret 2013.